DIVISIONAL
ORGANIZATION
Dalam
struktur organisasi ini, manajer divisi dapat mengembangkan strategi untuk
masing – masng divisinya dan mungkin saja mereka menghadapi persaingan yang
berbeda dengan divisi lainnya sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga berbeda
dengan divisi lainnya. Seperti struktur organisasi lain, organisasi divisional
juga memiliki kelebihan diantaranya :
·
Koordinasi
antar fungsi menjadi lebih cepat dan mudah
·
Mempunyai
fleksibilitas pada struktur perusahaan
·
Beban
rutin CEO berkurang sehingga mempunyai waktu untuk keputusan strategis
Sedangkan
kelemahannya adalah :
·
Sangat
potensial untuk menimbulkan persaingan antar divisi
·
Pendelegasian
yang besar dapat menimbulkan masalah
Contoh perusahaan yang menerapkan struktur organisai
Divisional adalah PT. WIJAYA KARYA
Dari hasil nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap
Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co,
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA
lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.
Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang
menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan
tinggi. Di awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan
kontraktor sipil dan bangunan perumahan.
Perusahaan memasuki babak baru pada 20 Desember 1972. Melalui Akta
No. 110, dibuat di hadapan Notaris Djojo Muljadi, perusahaan berubah status
menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero).
WIKA selalu melakukan terobosan. Berevolusi menjadi perusahaan
infrastruktur yang terintegrasi melalui pengembangan sejumlah anak perusahaan.
Diantaranya WIKA Beton, WIKA Intrade, dan WIKA Realty.
Pertumbuhan WIKA sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi
yang kuat semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Perseroan sukses
dalam melaksanakan penawaran saham perdana (initial public offering/IPO)
sebanyak 35% kepada public pada 29 Oktober 2007, di Bursa Efek Indonesia.
Setelah IPO, pemerintah Republik Indonesia memegang 68,4%, sementara sisanya
dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Management Stock Ownership
Program (MSOP), Employee Stock Allocation (ESA), dan Employee/ Management Stock
Option (E/MSOP).
Perolehan dana segar dari IPO dipergunakan untuk mendukung
pertumbuhan dan inovasi yang dilakukan oleh WIKA. Posisi WIKA menjadi kuat,
dimana saat itu krisis ekonomi dunia mulai memperlihatkan dampaknya di dalam
negeri. Struktur permodalan yang kuat sangat mendukung WIKA dalam meluaskan
operasinya ke luar negeri dan terus mengembangkan Engineering Procurement and
Construction (EPC), serta berinvestasi dan mengembangkan sejumlah proyek
infrastruktur, khususnya proyek-proyek yang menjadi program pemerintah terkait
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (APBD).